Gereja, Budaya dan Iman Katolik

Gereja bisa diartikan sebagai kumpulan, jemaat, umat, atau memanggil. Oleh karena itu, Gereja dapat diartikan sebagai umat yang dipanggil Tuhan dan itu terlihat sejak zaman para rasul. Jemaat perdana memahami diri dan merumuskan karya keselamatanNya. Mereka sering menyebut diri sebagai Jemaat Allah maupun Gereja Allah karena iman mereka kepadaNya.
Di dalam Perjanjian Baru, ada tiga nama yang dipakai untuk Gereja yaitu Umat Allah, Tubuh Kristus, dan Roh Kudus, ketiganya saling berkaitan. Gereja adalah Umat Allah berarti Gereja tidak hanya organisasi manusiawi, melainkan perwujudan karya Allah yang konkret. Gereja adalah Tubuh Kristus berarti ada kesatuan antara jemaat dengan Kristus. Gereja adalah Roh Kudus berarti semua terlibat dalam kehidupan Allah Tritunggal.
Gereja juga dimengerti sebagai communio, misteri, dan sakramen. Gereja sebagai communio berarti di dalam persekutuan umat tersebut terdapat keanekaragaman di antara anggotanya dan mereka dibimbing oleh Roh Kudus. Gereja sebagai misteri berarti hidup ilahi masih tersembunyi dan hanya iman yang dapat mengerti. Gereja sebagai sakramen berarti misteri Allah tampak dalam Gereja.  Oleh karena itu, Gereja sebagai sakramen dan misteri tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling berkaitan.
Lalu, sifat insani gereja terdapat pada ciri Gereja yaitu Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Gereja yang satu berarti Gereja memiliki kesatuan iman walaupun diungkapkan dengan beragam cara. Gereja yang Kudus berarti Gereja sudah Suci, sudah ditandai dengan kesucian yang sesungguhnya walaupun belum sempurna. Gereja yang Katolik berarti tersebar ke seluruh bumi dan mengajarkan ajaran iman secraa menyeluruh. Gereja yang Apostolik berarti Gereja berasal dari para rasul dan berpegang teguh pada kesaksian iman mereka, perkembangan hidup tergerak oleh Roh Kudus.
Kebudayaan bisa diartikan sebagai sarana dan upaya manusia untuk menyempurnakan dan mengembangkan bakatnya dengan menggunakan tenaga maupun pengetahuan agar menjadi lebih baik. Pengertian kebudayaan dapat dipertegas dengan 3 wujud yaitu wujud ideal, kelakuan, dan fisik. Wujud ideal berarti kebudayaan bersifat abstrak karena berada di pikiran, berfungsi untuk mengendalikan perbuatan individu agar sesuai dengan hukum / norma yang ada. Wujud kelakuan berarti kebudayaan bersifat konkret karena merupakan kelakuan berpola dalam masyarakat yang berupa interaksi yang berdasakan adat kelakuan. Lalu, wujud fisik berarti kebudayaan adalah hasil dari perbuatan manusia dalam masyarakat. Ketiga wujud ini saling berhubungan sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Semua agama pasti mengalami tantangan dalam menjaga kesetiaan terhadap asas-asas agamanya tanpa menjauhkan diri dari kebudayaan yang telah ada. Gereja yang ada di Indonesia mendapat pengaruh dari kebudayaan asing yaitu Portugis, Yahudi, Romawi, dll. Proses interaksi yang mendasari hal tersebut adalah akulturasi dan inkulturasi. Akulturasi terjadi ketika dua kebudayaan yang berlainan berkontak secara langsung sehingga terjadi perubahan identitas. Proses akulturasi dapat berupa asimilasi, adaptasi, fusi, maupun penolakan. Sedangkan inkulturasi adalah interaksi antar kebudayaan sehingga terbentuk kebudayan baru.
Gereja dibangun dalam masyarakat dan budaya yang sudah ada. Oleh sebab utu, Gereja harus mampu menyesuaikan diri sehingga menjadi tidak asing bagi masyarakat yang ada. Seperti ungkapan Paus Yohanes Paulus II yang menegaskan dalam pewartaan harus mampu mengenali dan menghormati kebudayaan yang ada. Gereja di Indonesia cenderung menganut inkulturasi karena menyerap kebudayaan yang ada dalam masyarakat dan dimasukkan ke dalam Gereja.
Inkulturasi sesuai dengan ciri Gereja yang Katolik karena tertuju dan terbuka bagi siapa saja. Dari sana, diharapkan penghayatan iman yang diajarkan dapat dikembangkan sesuai dengan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Dalam proses menyerap budaya, harus memperhatikan wujud kebudayaan mana yang dapat memperkaya iman sesuai dengan Gereja. Inkulturasi adalah pendekatan dalam pewartaan dengan pendekatan kebudayaan lokal agar mudah dipahami dan diterima masyarakat.

Comments