Agama dan Iman yang Dihidupi dalam Pluralitas

Makna Pengalaman Religius
Menurut buku Iman Katolik, (KWI, 1996), pengalaman religius pada hakikatnya berarti bahwa manusia mengakui hidupnya sendiri sebagai pemberian dari Allah. Dengan mengakui hidup sebagai pemberian, ia mengakui Allah sebagai “Pemberi Hidup”. Pengalaman ini terjadi dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia.
Macam-macam pengalaman Religius
Ada beberapa macam pengalaman religius yang dialami oleh manusia yaitu antara lain :
a) Pengalaman eksistensial yang dalam dirinya belum menyatakan hubungan secara langsung dengan Allah. Misalnya; pengalaman-pengalaman profan yaitu berhasil, gembira, gagal, sedih, tidak lulus, dan sebagainya.
b) Pengalaman eksistensial yang dalam dirinya mulai mengarah kepada Allah. Misalnya, pengalaman-pengalaman keterbatasan manusia yaitu: kelahiran, kehidupan, kematian, penyakit, dan sebagainya.
c) Pengalaman eksistensial yang dalam dirinya menunjukkan hubungan yang erat antara manusia dengan Allah. Misalnya pengalaman kehidupan beragama yaitu : doa, meditasi, dan sebagainya
Pandangan Beberapa Filsuf Tentang Pengalaman Religius
a). Pengalaman Eksistensial menurut Paul Tillich
Paul Tillich menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius dengan pengalaman takut. Dalam perasaan takut manusia kehilangan pegangan hidup, sehingga manusia menjadi tak berdaya. Dalam keadaan yang tidak berdaya dan mencekam tersebut manusia mengharapkan pertolongan dari luar dirinya.
b). Pengalaman Eksistensial menurut Levinas
Dalam menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius Levinas menonjolkan pengalaman pertemuan dengan seseorang dalam cinta. Pada dasarnya manusia diciptakan saling berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, masing-masing manusia mempunyai keunikan.
c). Pengalaman Eksistensial menurut Teilhard de Chardin
Teilhard de Chardin menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius dengan teori evolusi, yaitu bertolak dari fisika dan antropologi. Dari tahap ke tahap suatu organisme dan alfa ke omega selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Begitu pula organisme manusia dari tahap ke tahap selelu mengalami perubahan. Allah berada di luar organisme manusia, karena Allah adalah Alfa sekaligus Omega, yaitu Allah sebagai asal dari manusia sekaligus tujuan manusia
d). Pengalaman Eksistensial menurut Rudolf Otto
- Allah dihayati sebagai transenden sekaligus Allah dihayati sebagai Imanen.
- Allah yang transenden (jauh). Allah adalah misteri, manusia tidak bisa menjangkau Allah secara keseluruhan.
- Allah yang Imanen (dekat). Manusia merasakan karya Allah dalam kehidupan sehari- hari, maka dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari campur tangan Allah.
- Mysterium Tremendum, Allah dihayati sebagai misteri yang Mahabesar, Mahakuasa, Mahadahsyat, menggetarkan dan menakutkan sehingga manusia merasa kecil dan lemah di hadapan Allah dan mengimani Allah sebagai yang Mahakuasa, Mahabesar, Mahasempurna.
- Mysterium Fascinosum, Allah dihayati sebagai yang suci, yang penuh kebaikan, penuh belas kasihan, yang menarik, menggembirakan, membahagiakan, sehingga manusia merasakan Allah sebagai yang Mahakasih, Mahacinta, Maharahim, Mahabijaksana, Maha Pengampun.
Agama, Wahyu, dan Iman
1) Agama
Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut- penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
  • Agama disebut jenis sistem sosial; Artinya bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan; suatu sistem sosial.
  • dapat dianalisis karena terdiri atas suatu kaidah yang kompleks dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan pada suatu tujuan.
  • Agama berpusat pada kekuatan-kekuatan nonempiris; Artinya bahwa agama itu khas berurusan dengan kekuatan dari “dunia luar” yang “dihuni” oleh kekuatan- kekuatan yang lebih tinggi dari pada kekuatan manusia dan yang dipercayai sebagai arwah, roh-roh, dan roh tertinggi.
  • Manusia mendayagunakan kekuatan-kekuatan di atas untuk kepentingannya sendiri dan masyarakat disekitarnya. Yang dimaksud dengan kepentingan adalah keselamatan di dalam dunia sekarang ini dan keselamatan di “dunia lain” yang dimasuki manusia sesudah kematian.
Keselamatan, Masuk Surga
Keselamatan atau masuk surga sebagai tujuan hidup beragama adalah : hidup dekat atau damai dengan Allah Sang Pencipta dan sesama. Karena yang mempunyai surga atau keselamatan itu Allah, kita ingin hidup damai, dekat dengan Allah dan mulai dalam hidup ini sepantasnya "berbaikan" dengan Allah.
Dimensi-Dimensi Agama
(1) Dimensi Praktis-Ritual
Dimensi ini tampak dalam upacara atau tindak ritual yang dibuat oleh manusia sebagai pengungkapan simbolis mengenai hubungan manusia dengan dasar muasal hidup, dengan Allah yang penuh misteri.
(2) Dimensi Emosional-Eksperiensial
Dimensi ini menunjuk pada perasaan dan pengalaman para penganut agama yang bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami para penganut menimbulkan pelbagai macam perasaan seperti kesedihan dan kegembiraan, kekaguman dan sujud, atau ketakutan yang membawa kepada pertobatan.
(3) Dimensi
Dimensi ini menyajikan kisah atau ceritera-ceritera suci untuk direnungkan dan dipetik maknanya. Dengan bermacam-macam bentuk bahasa, manusia menuturkan tentang Penciptanya, dan menuturkan apa yang telah dilaksanakan Penciptanya, baginya dan bagi seluruh umat manusia.
(4) Dimensi Filosofis-Doktrinal
Dimensi ini menyajikan pemikiran rasional, argumentasi dan penalaran terutama menyangkut ajaran-ajaran agama, pendasaran hidup dan pengertian dari konsep-konsep yang dianut oleh agama itu.
(5) Dimensi Legal-Etis
Dimensi ini menyangkut perwujudan keyakinan dalam bentuk perilaku moral dalam arti luas. Ajaran-ajaran agama yang menjadi keyakinan dan pandangan hidup agama tertentu, tentu saja bukan sekadar untuk diketahui tetapi terutama untuk dilaksanakan dan diwujudkan dalam hidup.
(6) Dimensi Sosial-Institusional
Dimensi ini menyangkut paguyuban dari pemeluk agama. Paguyuban- paguyuban atau persekutuan-persekutuan ini lahir, sebagai kemanunggalan orang- orang yang merasa searah dan sekeyakinan di dalam menghayati bakti mereka kepada Allah.
(7) Dimensi material
Dimensi ini menyangkut barang-barang, benda-benda, alat dan sarana yang digunakan untuk pemujaan atau untuk pelaksanaan kehidupan agama. Bangunan-bangunan dan gedung ibadat termasuk dalam dimensi ini.
2) Wahyu
Wahyu Allah bukan informasi, melainkan komunikasi yang mengundang partisipasi. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya. Hubungan pribadi dengan Allah itulah intisari wahyu. Perwayuan itu terjadi bertahap-tahap, langkah demi langkah.
3) Iman
Wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Dilihat dari pihak manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama. Dalam Dei Verbum 5 (DV 5) dikatakan: "Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. 
4) Agama dan Wahyu
Menurut iman Kristiani Yesus tidak hanya menyampaikan wahyu Allah, tetapi mewujudkan wahyu itu dalam diri-Nya, dalam hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Wahyu Allah bukanlah pertama-tama suatu ajaran, melainkan janji Allah mengenai karya keselamatan-Nya. Keselamatan itu tidak lain dari kesatuan Allah dengan manusia dan terlaksana dengan sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus.
5) Agama dan Iman
Agama merupakan ungkapan lahirilah dan konkret dari hubungan batin manusia dengan Allah. agama ada demi iman yang pada intinya adalah sikap pribadi orang beragama. Oleh karena itu, bukan hanya salah, melainkan fatal, jika ‘beragama’ diartikan terutama sebagai tekad untuk menjalankan kewajiban dan hukum agama saja. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup.
6) Agama dan Kebajikan Utama: Iman, Harap, Kasih
Gereja menyebut diri “persekutuan iman, harapan dan cinta kasih”. Ketiga keutamaan ini, yang pada dasarnya satu, merupakan sikap dasar orang beriman.
7) Agama dan Budaya
Iman yang konkret selalu menyangkut hidup yang konkret, dan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat serta kebudayaan.
Agama-agama sebagai kelompok dapat memperkembangkan pandangannya tentang hubungan antara masyarakat dan negara :
(a) Pandangan Ontokratis Pandangan ini terdapat pada masyarakat tradisional, yang pranata sosialnya merupakan pranata keagamaan.
(b) Pandangan Teo-nomis Pandangan ini melihat adanya kesatuan antara agama dan politik, antara hal rohani dan jasmani.
(c) Pandangan yang Memisahkan antara Agama dan Negara Pandangan ini dianut oleh negara-negara modern dewasa ini, termasuk Indonesia.
(d) Pandangan Keterlibatan Kritis Pandangan ini muncul dari teologi politik baru atau teologi politik kritis dan teologi pembebasan.

Comments